Saturday, March 19, 2011

Teguran Allah buat RasulNya.


“ Ya Allah. Besarnya ujianmu ini ya Allah. Aku tak sanggup bergelumang dengan jahiliah ini lagi. Aku mahu berubah ya Allah. Aku mahu berubah.”

Doa Aisyah di akhiri dengan tangisan keinsafan, betapa di saat itu dia berasa sangat lemah. Dirinya memerlukan kekuatan. Dia mahu berubah. Berubah kembali ke pada Dia.

*******
Aisyah : Assalamualaikum K.siti, akak sehat ke?
K.siti : Alhamdulillah, akak sehat Aisyah.
Aisyah : Akak, boleh tak saya nak jumpa akak petang nie? Saya ada benda nak cakap dengan akak,. Harap akak sudi. Saya perlukan seseorang untuk bercerita.
K.siti : Minta maaf Aisyah, akak ada banyak assignment yang perlu dihantar esok. Minta maaf tak boleh la..
Aisyah : Oh, tak pe.........

Dan di saat ini air mata Aisyah kembali bercucuran. Betapa di saat dia memerlukan seseorang di sisinya untuk menemaninya, menjadi bahu menahan tangisannya bagi memulihkan semangatnya, tidak mampu untuk menemaninya.

*******

Sekadar ringkasan cerita pendek sebagai gambaran berkenaan tajuk entri hari ini. ( Minta maaf sekiranya cerita kurang menarik. :P )
Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah. Syukur ke hadrat ilahi yang masih menghidupkan kita di muka bumi ini. yang masih terus menerus memerikan nikmat kepada kita walau diri seringkali alpa dan leka dari ajaran dan suruhanNya. Dan hanya nikmat IMAN dan ISLAM yang paling berharga dan tinggi nilainya ini kita masih mampu bernafas dalam jiwa seorang hamba. Hamba yang hidup dan matinya hanya kerana Allah semata-mata.

Sedikit perkongsian buat diri saya dan pembaca tentang tafsir surah ‘abasa. Surah ini menjadi tajuk pengisian usrah saya pada minggu ini. Satu surah yang bagi saya amat menarik dan dapat dikait rapat dengan kehidupan kita sebagai seorang penyampai agamaNya. J

Saya mulakan dengan terjemahan surah ‘Abasa. Kita perhatikan satu persatu ayat-ayat cinta Allah ini.

TERJEMAHAN

1. Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,

2. Karena Telah datang seorang buta kepadanya

3. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),

4. Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?

5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup

6. Maka kamu melayaninya.

7. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman).

8. Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),

9. Sedang ia takut kepada (Allah),

10. Maka kamu mengabaikannya.

11. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan,

12. Maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya,

13. Di dalam kitab-kitab yang dimuliakan

14. Yang ditinggikan lagi disucikan,

15. Di tangan para penulis (malaikat),

16. Yang mulia lagi berbakti.

17. Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya?

18. Dari apakah Allah menciptakannya?

19. Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya

20. Kemudian dia memudahkan jalannya

21. Kemudian dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur,

22. Kemudian bila dia menghendaki, dia membangkitkannya kembali.

23. Sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya,

Secara keseluruhannya, surah ini termasuk kelompok surah Makkiyah. Ayatnya ada empat puluh dua dan diturunkan setelah surah An Najm. Surah ini diturunkan sehubungan dengan peristiwa seorang yang buta yang bernama Abdullah bin Ummi Maktum anak paman Siti Khadijah. Beliau termasuk di antara sahabat-sahabat Muhajirin yang pertama memeluk Islam dan ketika Nabi saw melaksanakan jihad dan meninggalkan kota Madinah, beliau ini sering ditunjuk oleh Nabi saw untuk menjadi sesepuh kota Madinah mengimami salat dan juga sering melakukan azan seperti Bilal. 

Peristiwa ini terjadi di Mekah yaitu ketika Nabi saw sedang sibuk-sibuknya melaksanakan seruan dakwah Islam kepada pembesar Quraisy. Beliau dengan sungguh-sungguh mengajak mereka masuk Islam dengan harapan bahawa jika mereka telah memeluk agama Islam, niscaya akan membawa pengaruh besar pada orang-orang bawahannya, karena di antara pembesar Quraisy yang sedang dihadapi itu terdapat 'Utbah dan Syaibah dua putranya Rabi'ah, Abu Jahal bin Hisyam, 'Abbas bin Abdul Mutalib, Umaiyah bin Khalaf dan Al Walid bin Mugirah. Besar sekali keinginan Nabi untuk mengislamkan mereka itu karena melihat kedudukan dan pengaruh mereka kepada orang-orang bawahannya. 

Ketika beliau sedang sibuk menghadapi pembesar-pembesar Quraisy itu tiba-tiba datanglah Abdullah bin Ummi Maktum lalu menyela pembicaraan itu dengan ucapannya:

 "Ya Rasulullah, coba bacakan dan ajarkan kepadaku apa-apa yang telah diwahyukan oleh Allah kepadamu".

Ucapannya itu diulangi beberapa kali sedang ia tidak mengetahui bahawa Nabi saw sedang sibuk menghadapi pembesar-pembesar Quraisy itu. Nabi saw, merasa kurang senang terhadap perbuatan Abdullah bin Ummi Maktum itu yang seolah-olah menganggu beliau dalam kelancaran tablignya, sehingga beliau memperlihatkan muka masam dan berpaling dari padanya. Lalu Allah SWT menyampaikan teguran kepada Nabi-Nya yang bersikap demikian itu terhadap Abdullah bin Ummi Maktum.

Oleh karena bermuka masam dan memalingkan muka dari orang buta itu bisa menimbulkan perasaan tidak enak dalam hati orang-orang fakir miskin, padahal Nabi saw diperintahkan oleh Allah supaya bersikap ramah-tamah terhadap mereka. 

Abdullah bin Ummi Maktum itu adalah seorang yang bersih dan cerdas hatinya. Bila ia mendengarkan hikmah ia dapat memeliharanya dan membersihkan diri dari kebusukan kemusyrikan. Adapun pembesar-pembesar Quraisy itu sebahagian besar dari mereka adalah orang-orang yang kaya dan angkuh dan tidak sepatutnya Nabi saw terlalu serius menghadapi mereka untuk diislamkan karena tugas Nabi saw hanya sekadar menyampaikan risalah dan soal pemberian petunjuk itu semata-mata berada di bawah kekuasaan Allah.

Kekuatan manusia itu harus dipandang dari segi kecerdasan pikirannya dan keteguhan hatinya dan kesediaannya untuk menerima dan melaksanakan kebenaran. Adapun harta, Kedudukan dan pengaruh pimpinan itu, semuanya adalah tidak tetap kadang-kadang ada, kadang-kadang lenyap sehingga tidak dapat diandalkan dan Nabi sendiri setelah turun ayat ini selalu menghormati Abdullah bin Ummi Maktum dan sering memuliakan kedudukannya dengan sabda Nabi saw: "Selamat datang kepada orang yang menyebabkan aku ditegur oleh Allah". Beliau sering bertanya: Barangkali Abdullah bin Ummi Maktum mempunyai keperluan apa saja beliau sanggup menunaikannya.


Begitu tergamam saya apabila membaca terjemahan surah ini. betapa ingin menunjukkan bahawa pentingnya peranan seorang dai’e yang harus punya hati yang sensitif. Harus sensitif dengan keadaan sekeliling juga bersikap sensitif dengan masyarakat sekeliling. Mungkin ada kalanya kita tidak perasan mereka-mereka yang kita temui setiap hari membuntukan sesuatu bagi mengisi jiwa mereka, memerlukan sesuatu untuk mengingatkan mereka, menghendaki sesuatu untuk meneguhkan iman mereka. Dan boleh jadi kita tidak sedar akan kondisi tersebut dan membiarkannya berlalu begitu sahaja.

Ya, hanya dengan jiwa yang sensitif kita mampu mengetahui keperluan mereka. Jiwa yang senantiasa memikirkan masyarakat sekelilingnya. Jiwa yang sanggup untuk mengorbankan kepentingan diri demi kepentingan orang lain. Seperti kisah pendek di atas, moga mampu dijadikan iktibar buat kita bersama sebagai seorang yang mengaku menjadi pembawa agamaNya. Mungkin masih ramai lagi mereka yang di luar sana, yang masih tercari-cari hala tuju hidup mereka. Dan peranan kita yang sudah berada dalam tarbiyah ini, seharusnya terus dan terus menyeru mereka, mendekati mereka, menyentuh jiwa mereka dan menyampaikan kebenaran kepada mereka.


Seorang dai'e itu harus sanggup untuk mengorbankan kepentingan diri demi kepentingan orang lain., demi kepentingan agamaNya. Jari yang menulis ini sesungguhnya punya amanah yang besar untuk melaksanakannya. Moga Allah memandu hati-hati kita dan terus memberi kekuatan buat kita. Insya’Allah~





No comments: