Wednesday, December 7, 2011

Terhubung ke Langit

Dengan nama Allah Ar Rahman Ar Rahim.

Perkongsian kali ini, tajuk satu subtopic dlam buku yang sedang saya mujahdah untuk habiskan. *al-maklum tengah bercuti nie.macam-macam virus datang menyerang*

Ayuh kita reflect diri sekejap, bagaimana hubungan kita dengan Allah. Terutamanya buat diri saya sendiri yang setelah beberapa minggu mnjejakkan kaki di bumi Malaysia.

Hubungan dengan Allah?
Dial up *yang supper duper slow* atau broadband?
Tepuk dada tanya iman, boleh jawab sndiri2 dlam hati.

..................................
Baca dengan mata hati yuk! 

Terhubung ke Langit

“ Seharusnya dia beroleh istirehat di malam hari. Siang demi siang terasa panjang. Ke sana kemari dia susuri Makkah dari ujung lain ke ujung satu, berbisik dan berseru. Dia ajak orang satu demi satu, kabilah suku demi suku untuk mengimani risalah yang diamanahkan kepadanya.


                Dia kadang terlihat di puncak Safa, membacakan ayat-ayat yang dibalas caci maki dan hinaan menjijikkan dari pak ciknya sendiri. Dia kadang harus pergi, meninggalkan satu kaum dengan dilempari batu dan kotoran sambil diteriaki GILA! DUKUN! PENYAIR! PENYIHIR!.

                Dia kadang sujud di depan Ka’bah, lalu seseorang akan menuangkan setimba isi perut unta kekepalanya, atau menjeratkan selendang ke lehernya di saat ruku’nya. Dia kadang harus menangis dan mendiamkan ketakberdayaannya di saat melihat sahabat-sahabat seperjuangan yang lemah dan disiksa di depan mata. Kejam dan keji!

                Dia sangat lelah. Jiwa mahupun raga. Dia sangat payah. Lahir mahupun batin. Tenaganya terkuras. Luar mahupun dalam. Seharusnya dia beroleh istirehat di malam hari, meski gundah gulana tetap menghantuinya. Tetapi, saat Khadijah membentangkan selimut untuknya dan dia mulai terlelap dalam hangat, sebuah panggilan langit justeru memaksanya terjaga.

                “ Hai orang yang berselimut. Bangunlah di malam hari kecuali sedikit. Separuhnya atau kurangilah yang separuh itu sedikit. Atau tambahlah atasnya, dan bacalah Al-quran dengan tartil” (QS AlMuzammil, 73:1-4)

Untuk apa?

                “ Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat” (QS AlMuzamil,73:5)

Seberat apa?

                “Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk dan terpecah berantakan disebabkan takut kepada Allah” (QS Al Hasyr,59:21)

                Itu kalimat yang berat. Itu beban yang berat. Beban yang gunung-gunung tak sanggup menanggungnya. Beban yang dihindari oleh langit dan bumi. Dan Muhammad harus menerimanya. Dia harus menanggungnya. Maka hatinya harus lebih kokoh dari gunung. Maka jiwanya harus lebih perkasa dari bumi. Maka dadanya harus lebih lapang daripada lautan. Kerana itu dia harus bangun di waktu malam untuk menghubungkan diri dengan sumber kekuatan yang Maha Perkasa.

                Maka sang nabi pun bangkit, dan solat.

                Solat itu kewajipan baginya. Solat itu menjaga nya dari kemungkaran dan kekejian.
               Dia ruku’. Maha agunglah Allah dan dia memuji Ilahi. Lalu Allah mendengarkan orang yang memujiNya, dan menjawab derap-derap permohonannya yang menggelora.
               Dia sujud. Maha tinggi Allah. Dan dia merasakan betapa dekatnya, betapa mesranya, betapa asyiknya bicara pada rabbnya dalam hening, mengadu, berkeluh, berkesah tentang segalanya. Tentang beratnya tugas, tentang lemahnya daya dan kekuatan.

                Lalu dia memohon kekuatan agar mamou menanggung amanah itu. “Ya Rabb”, lirihnya, “ Kepadamu kuadukan lemahnya dayaku,kurangnya siasatku, dan kehinaanku di hadapan manusia. Wahai Yang paling Penyayang di antara para penyayang, Engkau lah Rabb orang-orang yang lemah. Engkaulah Rabbku.. Aku berlindung dengna cahaya wajahMu yang menyinari segala kegelapan dan yang kerananya urusan dunia dan akhirat menjadi baik, agar Engkau tak menurunkan murkaMu kepadaku. Tiada daya dan kekuatan kecuali dariMu. "

                Maka Allah menjawabnya, mencurahkan rahmat kepadanya sebagai cinta dari langit untuk ditebarkan di bumi.

                “ Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap kasar lagi berkeras hati, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu” ( QS Al Imran,3:159)

                Dalam dakapan ukhwah, kita rindu mewarisi keteguhan Sang Nabi. Dalam dakapan ukhwah, kita rindu dicurahi rahmatNya hingga mampu berlemah lembut pada sesama. Dalam dakapan ukhwa, kita berharap tak ada yang lari dari sisi kerana kekerasan hati ini. Dalam dakapan ukhwah kita berambisi dipuji Allah seperti Sang Nabi, “ Sesungguhnya engkau berada di atas akhlak yang agung.”

                Maka dalam dakapan ukhwah kita pun bangkit, menegakkan solat dan mengundang cintaNya dengan segenap ketaatan yang terjamgkau oleh kemampuan kita.

               Orang-orang yang terhubung ke langit, adalah orang-orang yang menanggung beban untuk membawa manusia ke jalan cahaya. Mereka menjadi manusia-manusia dengan ketahanan menakjubkan. Mereka menjadi orang-orang yang paling teguh hati, paling lapang dada, paling sabar, paling lembut, paling ramah, paling santun, paling ringan tangan. Keterhubungan dengan langit itu yang mempertahankan mereka di atas garis edar kebajikan, sebagai bukti bahawa merekalah wakil sah kebenaran.

                Dalam dakapan ukhwah, Allah jadikan mereka sebagai teladan bagi kita. Kisahnya diulang-ulang untuk menguatkan hati kita..

DALAM DAKAPAN UKHWAH!

...................................................................

Hubungan dengan Allah.
Resipi kejayaan rasulullah mnjadi manusia pling agung akhlaknya. Menjadi manusia yang punya ketahanan yang menakjubkan!
Apa resipinya? HUBUNGAN DENGAN ALLAH.



Bagaimana pula dengan diri kita?
Terjagakah hubungan kita dengan Allah dalam hari-hari yang kita lalui.


Di saat semangat mulai luntur, di saat diri mulai malas, di saat kepenatan dan kelelahan mulai datang menghampiri, ayuh semak kembali bagaimana hubungan kita dengan Allah.
Sejauh mana iman ini benar-benar teguh untuk ‘push’ diri kita untuk terus bangun dan teruskan perjuangan.

Ikhwah akhwat fillah,
Jangan kerana kelalaian kita yang sedikit menyebabkan orang lain tak dapat merasai manisnya tarbiyah. Nikmatnya ukhwah. Indahnya merasai hidup dalam naungan islam dan iman. Insya'Allah.

Ayuh! Mari bekerja untuk Allah~ Demi cinta dan redhaNya. :)



Dari insan dhoif.

Saturday, December 3, 2011

Taujih Seorang HAMBA


Masa itu senantiasa berputar,
Dan takkan pernah berulang kembali,
Terasa seperti ingin kembali ke masa silam,
Memutihkan kembali hitam-hitamnya ceritara hidupku,
Mahu jadi seperti anak-anak kecil yang masih bersih dari noda dan dosa,
Mahu jadi seperti mereka yang sejak kecil sudah diberi kefahaman agama,
Mahu jadi seperti mereka yang seawal usia sudah kenal cinta Allah dan rasulNya,
Mahu jadi seperti mereka yang senantiasa terpelihara dari bahana dunia..

Sungguh,
Jika dihitung dosa dalam diri ini,
Takkan pernah cukup,
Betapa banyaknya noda yang menghitamkan hati,
Betapa jauhnya diri dengan Sang Pencipta suatu ketika dahulu,
Betapa beraninya diri mencabar kekuasaanNya,
Betapa angkuhnya diri mengingkari suruhanNya,
Seolah-olah akan hidup di dunia buat selamanya,
Terus lupa pada Yang Mencipta,
Telus alpa pada Yang Memberi,
Jauh sekali menjadi hamba yang bersyukur,
Jauh sekali menjadi hamba yang benar-benar telus dalam suruhanMu,

Allahu Allah,
Masihkah ada kesempatan buatku mendekati cintaMu?
Masihkah punya ruang untuk aku bersimpuh menagih kasihMu?
Masihkah punya kesempatan untuk aku membersihkan jiwaku?
Layakkah diri ini mendambakan syurgaMu?
Layakkah diri ini bertemu denganMu?
Untuk melihat wajahMu Ya Allah?

Namun di saat ini aku tetap yakin,

MaghfirahMu itu sentiasa ada,
Pintu keampunanMu itu sentiasa terbuka,
Taufiq dan hidayahMu sentiasa tersedia,
Dan kerana itu,
Aku masih teguh berdiri di jalan ini,
Terus tetap melangkah menuju keredhaanMu,

Terangilah diri ini dengan segala petunjuk jalanMu,
Hidupkanlah hati ini ya Rabb.. Ameeen~


.: Lilac [2Dec12-1.15a.m] :.

Tuesday, November 8, 2011

Memang seperti itu dakwah.

Taushiyah "Sang Murabbi" KH Rahmat Abdullah




“Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yang kau cintai”.

“Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yang menempel di tubuh rentamu. Tubuh yang luluh lantak diseret-seret. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari”.

“Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang akan tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yang diturunkan Allah”.

“Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya sebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yang bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak. Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam dua tahun ia sakit parah kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang tenang”.

“Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan”.

“Tidak. Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih tragis”

~ MOOD FINAL EXAM...^_^ ~
Dakwah adalah cinta. Dan cinta itu menuntut seribu pengorbanan darimu.. Moga Allah memberikan diri ini keberkatan masa.. Allahumma amiinn.

Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, nescaya Allah akan menolong kamu  (untuk mencapai kemenangan) dan meneguhkan tapak pendirian kamu..” (Surah muhammad,47:7)


Tolong agama Allah dulu, baru Allah akan tolong kita. Sejauh mana diri ini betul-betul membantu agama Allah? Atau sekadar mengharapkan pertolongan dari Allah seolah-olah sudah banyak berkorban untuk dakwah. *muhasabah diri!*





Terakhir dari saya..
Bittaufiq wannajah fil imtihan! utk y sedang exam. Moga dipermudahakan. Allah bersamamu! ;)

Tuesday, October 18, 2011

Qul, Amantu Billahi, Tsummastaqim.. ;)

* Moga iman kita sntiasa segar bak bunga sakura d Domain skrg.. ;) *
ISTIQAMAH!
Bila disebut tentang istiqamah,
Seolah kita dihantui.
Bila disebut tentang istiqamah,
Seolah jantung berdegup kencang.
Kerana susahnya untuk menjamin diri sendiri untuk terus istiqamah.
Kerana hati manusia ini memang sifatnya sentiasa berbolak-balik.
Iman yang sentiasa turun dan naik.
Dugaan dan cabaran takkan pernah henti berkunjung.
Dunia ini bukan seindah yang kita impikan.
Istiqamah juga bukan sesenang yang kita impikan.
Memerlukan pengorbanan yang tinggi !
Memerlukan azam dan himmah yang kuat !
Memerlukan matlamat yang jelas !
Bagaimana Rasulullah istiqamah?,
Bagaimana para sahabat juga istiqamah?,
Bagaimana para dua’t agung yang juga istiqamah?,
Begitulah keistiqamahan kita sewajarnya
Istiqamah yang ada pada dirimu sekarang,
Bentuk dengan penuh tarbiyyah dan sifat-sifat yang mulia,
Bentuk dengan acuan iman dan taqwa,
Dipadukan dengan matlamat yang jelas,
Agar istiqamah itu terus subur dan berkembang ,
Menjadi haruman untuk diri kita sendiri dan rakan seperjuangan sekeliling.
Istiqamah atau tidak,
Bergantung pada diri sendiri,
Jalan ini memang sentiasa memerlukan hati-hati yang terus istiqamah,
Jika bukan kita, maka orang lain bakal menggantikannya..

" Katakanlah 'Amantubillah' (Aku beriman kepada Allah), dan beristiqamahlah (berusaha tetap  berada dijalan-Nya)."
( HR Muslim )

Tuesday, September 27, 2011

Kaifa halukunna? ^^

Salam ‘alayk, salam mahabah buat semua.

Kaifa halukunna?
Kaifa imanna?
Insya'Allah, moga-moga kita masih lagi terpelihara bersama rahmat dan keredaanNya.

Alhamdulillah, tsumma Alhamdulillah, tsumma Alhamdulillah. Maha suci Allah yang masih membenarkan diri ini untuk menyambung kerjaya menulis yang tak seberapa ini semula.
Setelah sekian lame blog nie terbiarrrrrrr (*lebih kurang dalam 3bulan kot*) :D

Astagfrullah hal'azim...Astagfrullah hal'azim...Astagfrullah hal'azim. Terasa begitu banyak khilaf-khilaf diri yang masih belum diperbaiki. Gagal menguruskan masa dengan sebaiknya.
Terasa diri semakin hari  semakin sibuk sejak ramadhan yang lalu, hingga dirasakan ada banyak perkara yang lebih penting yang perlu diutamakan hingga menyebabkan ada juga perkara yang perlu dikorbankan.

Ya, bercerita perihal masa. Sudah msuk penghujung thaun dah otak masih ligat memikirkan nadi dakwah di Auckland untuk tahun hadapan.
Pemergian kakak-kakak yang akan BFG tahun ini menjadikan diri semakin risau adakah mampu diri ini untuk melaksanakan yang terbaik seperti mereka'. Tanggungjawab itu kini terletak di bahu pewaris-pewaris yang tinggal.

Siapa yang akan pergi mentajmi' adik-adik tahun depan?
Siapa yang akan memulakan muayasyah dengan adik-adik tahun depan?
Siapa yang akan handle program-program besar ISK? IPK? SH? SU?
Siapa yang akan memberi pengisisannya?
Siapa? Siapa yang akan bertanggungjawab?
Tak kan masih nak bergoyang kaki bersuka ria, masih menunggu untuk disuapkn makanan dan tak reti-reti lagi nak cari makanan dan makan sendri? (Analogi makan sebentar. :P )

Allahuakbar. Allah Maha Besar. Allah itu tahu kita mampu, Allah itu tak kan sengaja menguji hamba-hambaNya kalau bukan kerana Dia sayang akan kita..
Kadang terasa diri ini masih lagi lemah. Tarbiyah diri masih banyak lompong-lompong yang perlu diisi. Tsaqafah masih lagi kurang, ayat-ayat quran masih belum berlegar-legar di fikiran.
Mampukah kita melaksanakannya? Mampukah diri ini mendarah dagingkan dakwah itu sendiri?

“Nahnu du’aat qobla kulli syai’in”

Kita adalah du’at (pendakwah) sebelum apa-apa.
 
Kita adalah du’at sebelum kita seorang doktor. Kita adalah du’at terlebih dahulu sebelum kita seorang guru. Kita adalah du’at sebelum kita seorang engineer.

Allahu Allah.. Allahu Allah.. Allahu Allah.
Kurniakan diri ini kekuatan, kurniakan diri ini keteguhan iman, kurniakan diri hati yang cekal untuk meneruskan perjuangan ini.. Allahumma amin.


:: Kerana dakwah adalah cinta, dan cinta memerlukan segala-galanya darimu ::





Thursday, July 28, 2011

Memecut untuk trofi RAMADHAN!


Tinggal 3 hari lagi sebelum tetamu Allah yang dinanti-nanti datang menjengah.
11 bulan yang sudah kita lalui akhirnya Allah mempertemukan kita dengan Ramadhannya kembali. Insya’allah, walau masih berbaki 3 hari mudah-mudahan kita sama-sama dipanjangkan umur bertemu dengan Ramadhan ini.

Persoalannya, sudah cukupkah persiapan kita menghadapi bulan ini?

Bagaimana dengan qiyam? Dah practise bangun malam?

Bacaan quran dah improve ke belum?

Juzu' amma? Dah berapa surah yang dihafal?

Solat-solat sunat? Sunat Dhuha? Sunat Rawwatib? Sunat Wudhuk?

Istighfar dan selawat dah practise?

Mungkin ada yang sedang dalam proses mempertingkatkan ibadah masing-masing, dan mungkin ada juga yang baru tersedar Ramadhan ini perlukan latihan dan stamina. Betul. Tak kan nak tunggu hari pertama ramadhan baru nak start semua?  

Masih berbaki 3 hari untuk kita praktis lagi. Usaha menambah amal ibadah kita sebelum tibanya Ramadhan. 

Sungguh Ramadhan ini benar-benar memerlukan kekuatan, memerlukan stamina, memerlukan mujahadah yang sangat besar. Untuk kita terus menerus mengisi 30 hari dalam sebulan itu. Yang mempunyai hanya 4 minggu, 30 hari, dan 720 jam itu dengan segala kebaikan bagi menggapai keredhaanNya. Dan yang paling utama untuk mendapat piala ‘takwa’. 


3 hari yang berbaki moga sama-sama kita melatih diri. Memperbanyakkan amal ibadah.
Sama-samalah kita membina stamina supaya kala Ramadhan tiba kita bersedia untuk memecut dan memaksimumkan setiap amalan kita! 
GANBAROU! Insya’Allah... J


Allahumma Balighna ya ramadhan.

 Ya ALLAH, sampaikan kepada aku dengan Ramadan "




Monday, July 25, 2011

Kita punya tujuan yang sama.


“ Usrah kau ‘under’ apa? ”

“ Usrah aku dengan _______So far aku rasa selesa la..”

“Usrah dyorank tak best la! Baek ikut yang nie lagi best!’’

………………………….…PENING……………………………………

Mungkin diri ini bukan orang yang layak untuk berbicara tentang isu ini. Tapi sekadar luahan hati yang sungguh ingin mengingatkan diri sendiri dan mereka  yang juga dalam kekeliruan. Kekeliruan?

Alhamdulillah, Allah tidak menguji saya dengan dilema memilih ‘persatuan’ ini. Mungkin kerana diri sendiri punya sifat yang malas mengambil tahu dan memikirkan masalah-masalah yang dirasakan akan memberatkan kepala sendiri. Malas berfikir perkara yang rasanya tak punya kaitan dengan hidup.  Tapi Allah mentarbiyah dengan memberikan sahabat sekeliling yang sedang bertarung dengan dilema. Dilema memilih ‘persatuan’. Dilema ingin berbai’ah dengan siapa. Dilema ingin menjaga hati orang lain. Dilema, Dilema, dan Dilema.

Memang setiap dari kita yang ditarbiyah punya hak dan pilihan sendiri untuk memilih jalan mereka. Punya hak untuk menetapkan dengan siapa mereka akan bersama meneruskan tugas dakwah ini. Tapi walau berbezanya kita, di akhirnya kita punya satu matlamat yang sama. Biar cara kita berbeza, kita tetap ingin menegakkan kalimah Allah., kita tetap ingin membina ustaziatul alam di akhirnya nanti.

“ Akak tau awak tak suka berfikir masalah-masalah ni. Tapi awak kena sedar, masalah mereka masalah kita jugak. Satu hari nanti awak tetap kena berfikir dan memilih…’’

Hanya quote yang diutarakan oleh seorang akhwat yang insya’Allah mengenali diri ini. Dan saya sendiri sedar keperluan untuk mengenal setiap ‘persatuan’ yang wujud, mendalami cara mereka bekerja kerana itu hak mereka untuk orang dikenali terlebih dahulu sebelum orang membuat pilihan.

Tapi isunya sekarang, dakwah kita bukan lagi dakwah secara sirriyah (sembunyi), tapi dakwah secara jahriyah (terbuka). Orang sudah mula mengenali siapa kita sebelum mengenal tarbiyah? Orang sudah mula berfikir ingin masuk ‘persatuan’ yang mana. Sedangkan pemilihan itu seharusnya tidak didahulukan sebelum tarbiyah diri. Kefahaman Ad Deen itu harus diutamakan dan didahulukan. supaya kita sama-sama sedar dan jelas untuk apa dia perlu berbaiah, untuk apa dia perlu bergerak dengan ‘persatuan’ untuk apa dan untuk apa? Sekiranya semuanya tidak jelas, mereka tidak layak untuk memilih.

Sedang diri sendiri masih merangkak dalam tarbiyah, bagaimana ingin memikirkan tentang isu yang besar yakni memilih ‘persatuan’.  Bagaimana ingin berfikir untuk bekerja sedang kefahamn itu masih tidak sampai. Jangan kerana terlampau sibuk melayan dilemma, tarbiyah sendiri semakin kebelakang. Jangan kerana terlampau risau menjaga hati orang lain, diri sendiri yang semakin kering.

Entri ini sungguh sekadar peringatan untuk diri sekiranya satu hari nanti ada yang ‘menyunting’ untuk bersama ‘mereka’ saya sudah jelas dan faham sebelum bertindak membuat keputusan. Insya’Allah. Moga Allah kuatkan hati ini, memandu hati ini…


Pesan buat adik,
Kutiplah sebanyak-banyak ilmu dan kefahaman dari mereka. Seberapa banyak liqa’ yang disertai biar kesemuanya digunakan sepenuhnya. Jangan pernah berasa gundah kerana percayalah Allah yang menyusunnya begitu. Supaya kita dapat belajar dan belajar dari ramai orang. Supaya kita dapat faham dan faham islam itu dengan lebih mendalam. Walau apa yang terjadi jangan pernah mengabaikan tarbiyah diri untuk terus kehadapan. Insya’Allah.

Pesan buat sahabat,
Walau apa yang terjadi kita tetap bersahabat, kita tetap berukhwah kerana Allah. Jangan kerana kita tak sehaluan ukhwah kita semakin pudar, semakin tinggal kenangan. Biar berbeza cara kita, tapi tujuan kita tetap sama. Walau secara jujur hati ini masih berat untuk menerima. Namun, segalanya telah tertulis untuk kita. Terus kuat wahai sahabat…

Moga Allah tetap menyatukan hati-hati kita bersama.


“... dan (Allah سبحانه و تعالى ) Dia-lah Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS Al-Anfaal,63)

Saturday, July 23, 2011

Dia menentukan dengan cintaNya.


Perkongsian sekadar muhasabah untuk mengingatkan diri yang diuji.

Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah. Di saat Allah masih mahu memberi ujian buat diri untuk mengingatkan hakikat sebagai hamba kepadaNya. Yang sememangnya layak untuk diuji. Dan seharusnya tidak mempersoalkan mengapa dan mengapa sesuatu itu berlaku. Mengapa kehendak ini tidak dituruti. Mengapa permintaan itu tidak dipenuhi?

Seorang hamba yang tidak layak merasakan seolah-olah Allah itu bertindak zalim. Seolah-olah Allah itu tidak melihat usaha yang dilakukan. Seolah-olah Allah itu sengaja memberikan kesusahan. Sedang diri berpenat lelah melakukan segala-galanya. Di mana salahnya? Di mana silapnya?

Dan sungguh akan Kami berikan ujian kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Al Baqarah,2:155) "


Step back and reflect! Silapnya ada pada diri sendiri. Silap kerana tidak memandang ujian sebagai anugerah dari Allah. Silap kerana tidak redha dengan ketentuan yang Allah tetapkan. Silap kerana masih mempersoalkan qada’ dan qadarNya. Silap kerana tidak bersangka baik denganNya. Silap kerana tidak bersyukur dengan nikmat-nikmat yang selama ini diperoleh.

 “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah (yang dilimpahkannya kepada kamu), tiadalah kamu akan dapat menghitungnya satu persatu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.” (Surah An-Nahl,18).

Renung ke dalam diri sedalam-dalamnya. Sungguh setiap ujian yang diberi bukan kerana Dia bersifat zalim, bukan kerana Dia mahu menyiksa, bukan kerana Dia membenci, bukan juga kerana Dia tidak mengerti isi hati hamba-hambaNya. Tapi atas dasar kasih sayangNya. Atas dasar kerinduanNya.  Demi sebuah cinta yang tidak mahu hamba-hambanya lalai sekiranya permintaan itu dipenuhi. Demi sebuah cinta yang tidak mahu hamba-hambaNya terus menerus menjauh dariNya. Demi sebuah cinta yang  maha mengetahui hamba itu masih belum cukup bersedia untuk dipenuhi permintaannya. Dan demi sebuah cinta yang merindui rintihan hamba-hambaNya.

Iktibar kisah Nabi Yusuf.

Allah memberikan kita sebuah kisah di dalam al-quran. Kisan Nabi yusuf hidupnya punya pasang dan surut. Satu persatu ujian yang datang menimpanya, dari ujian kurniaan yang besar kepada kehinaan darjat kemuliaannya, dari rasa aman dan bahagia kepada rasa keperitan dan kesedihan. Bermula dengan kisah Nabi yusuf yang dipisahkan dengan ayahnya, dijauhkan dari kesenangan hidup, dikerah menjadi hamba yang tak punya kebebasan, difitnah, dipenjara. Dan kemudia barulah diberikan jawatan dan kesenangan hidup.

Tapi adakah Nabi yusuf itu mengeluh tatkalan Allah mengujinya dengan ujian yang amat dahsyat? Adakah dia mempersoalkan mengapa dia diperlakukan sebegitu sedang diri tidak melakukan kesalahan? 

Malah apakah yang diperkatakan oleh Nabi Yusuf kepada Allah?
‘………..Dan sesungguhnya, Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara  dan ketika membawa kamu dari dusun,…..” ( Surah Yusuf, 12:100)

Subhanallah. Selepas ditinggalkan seorang diri, dirampas segala kesenangan dan kebebasan hidup, dihina, difitnah, hidup dengan penuh kerendahhan di dalam penjara. Ternyata segalanya tak pernah berbekas di hatinya. Terus redha dengan apa yang Allah tetapkan untuknya, dan selepas semuanya berlaku Nabi Yusuf mengaku bahawa, ‘Tuhanku telah berbuat baik kepadaku…“

Ya Allah, siapalah kita jika hendak dibandingkan dengan golongan-golongan terdahulu yang diuji? Besar sangatkah ujian yang kita terima?


Dia yang mencipta ujian dan Dia yang memujuk dengan caraNya sendiri. Ujian itu satu anugerah. Ujian ini satu tarbiyah. Ujian ini satu hadiah terindah. Moga Allah menetapkan hati ini untuk redha dengan segala yang ditetapkan buat diri. Moga Allah memberi diri ini kekuatan untuk tidak mengeluh di saat keinginan tidak dipenuhi. Kerana Dia menentukan segala-galanya dengan cintaNya.   

Wednesday, July 20, 2011

Jangan Tanyakan Aku : La Tas'aluni


 Jangan tanyakan aku tentang hidupku,
Ia adalah sebuah rahsia kehidupan,
Ia adalah anugerah,
Ia adalah ujian,
Ia adalah dunia yang penuh dengan cita-cita,
Aku telah menjualkannya kepada Allah,
Kemudian aku berjalan dalam barisan para pembawa petunjuk.

Dan jalan hidupku adalah,
Al-Qur’an, pedang, dan ujian,
Allah telah memberkatinya dan para nabi terdahulu telah melaluinya,
Para syuhada’ telah menyirami jalan ini dengan darah mereka,
Maka jadilah ia taman indah yang dikelilingi cahaya.

Sedangkan penghujung perjalananku adalah,
Apa yang meredhakan Allah dan apa yang diinginkanNya,
Keuntungan dengan kemenangan nyata,
Atau kesyahidan dan keabadian,
Jika engkau telah berada di muka bumi,
Dan engkau tahu umurmu terbatas,
Maka jadilah pahlawan dan pembawa petunjuk,
Jika tidak alangkah buruknya kewujudanmu.
:: La Tas'aluni - Muhammad al-Husayyan ::


Sunday, July 17, 2011

Dakwah kita, perjuangan kita.


Sunnatullah dakwah ini sifatnya penuh dengan kesukaran. Ada masa kita di atas dan kebanyakan masa kita di bawah. Ada masa kita menerima kesenangan dan kebanyakan masa dengan dakwah kita diuji dan ditimpa kesusahan. Dakwah itu menjanjikan seribu kesedihan, kepenatan, dan kesukaran.
Di jalan dakwah inilah rasulallah dicaci, dihina, dilempar dengan batu-batu sehingga cedera tubuhnya, dilonggok najis ternakan diatas lehernya, dibenci dan dimaki.
Di jalan dakwah inilah Khabbab Al ‘Arat hancur daging-daging di belakang tubuhnya kerana dibaringkan diatas bara api yang sangat panas kerana keinginannya untuk mendakapi dakwah Rasulullah.
Di jalan dakwah inilah Zinnirah dibutakan matanya saat dia membeli kesusahan dunia demi mendapat kesenangan di akhirat dengan mempertahankan agama Allah.
Walau seberat mana ujian yang mendatang, mereka tetap memegang berada dalam dakapan dakwah, tetap menegakkan al haq, masih mengingati janji-janji Allah. Biar terkorban segala nikmat dunia demi sebuah syurga Allah yang pasti. Itu himmah mereka. Itu semangat mereka dalam mendakapi dakwah itu. Jika bukan golongan terdahulu yang berkorban, islam itu tidak sampai pada kita.
Dan hari ini? Siapa yang akan menyambung perjuangan mereka? Siapa yang akan menjadi mata-mata rantai dakwah itu? Siapa? Dia? Kau? Mereka? Atau kita sendiri yang harus bangun?
Jika kesenagan yang dirasai, bukan dakwah namanya. Jika kelapangan yang dirasai, bukan dakwah namanya. Jika keseronokan yang dirasai, bukan dakwah namanya. Kerana dakwah itu sunatullah bersifat sukar dan penuh kepayahan.
Dan di akhirnya apa yang Allah janjikan? Apa yang Allah jaminkan buat mereka yang sanggup berkorban demi agamaNya?
“Wahai orang-orang beriman!  Mahu kah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?”
“(Iaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui,
Nescaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan ketempat-tempat tinggal yang baik di dalam syurga ‘Adn. Itulah kemenangan yang agung.”
(As Saff: 10-12)
Moga Allah memberikan diri ini kekuatan meneruskan perjuangan ini. Kita bekerja bukan kerana ikutan, bukan kerana paksaan, bukan kerana suruhan. Tapi kita bekerja kerana kita sedar akan tanggungjawab kita, kita bekerja kerana Allah.
Sungguh benar beruntung orang-orang yang telah dipilih Allah untuk berada di jalan Al-Haq, jalan kebenaran, jalan menyeru manusia lain kembali kepada islam meskipun jalan ini menunut seribu pengorbanan. Tidak ada pilihan lain melainkan tunduk dan patuh. Demi janjiNya yang pasti, Demi kasih sayangNya yang tak berbelah bagi.
Dan orang-orang yang terdahulu – yang mula-mula (berhijrah dan memberi bantuan) dari orang-orang “Muhajirin” dan “Ansar”, dan orang-orang yang menurut (jejak langkah) mereka dengan kebaikan (iman dan taat), Allah reda akan mereka dan mereka pula reda akan Dia, serta Ia menyediakan untuk mereka Syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; itulah kemenangan yang besar.
( At Taubah, 9:100)


“ Ya Allah, pinjamkan kami keberanian dan  ketangkasan sahabat-sahabat terdahulu, ketabahan dan kecekalan hati-hati mereka yang telah kau pilih untuk terus tegar mencintai jalan dakwahmu ini

.......

Dengan nama Allah Ar Rahman Ar Rahim,
Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Masih lagi diberi kesempatan oleh Allah untuk  diri ini mencoretkan kata-kata di sini. Setelah beberapa hari pulang dari Aussie baru hari ini berkesempatan untuk menulis. 
Bukan berniat untuk mendiamkan diri, tapi sungguh diri ini sedang mencari sesuatu yang dirasakan hilang, masih mencari dan mencari. Moga Allah kuatkan hati untuk terus istiqamah di jalanNya.

ALLAH, jangan dibiar hati ini mengeras,
ALLAH, jangan dibiar diri ini keseorangan,
ALLAH, jangan dibiar hamba ini lemah,
ALLAH, jangan dibiar hamba ini lalai,
ALLAH, jangan dibiar hamba ini futur…

Ingatkan aku dengan ujian-ujianMu Ya Allah.
Ajarkan aku dengan tarbiyah-tarbiayhMu Ya Allah.
Yakinkan aku dengan janji-janjiMu Ya Allah,
Untuk diri ini bangun dari lenaku.

Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu : "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal ditempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. (QS. 9:38)

Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah akan menyiksa dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. 9:39)


“Ya Rabb, teguhkan langkah ini demi janjiMu…”

Thursday, June 30, 2011

Berangkatlah kamu.

Salam mahabah buat pembaca.

Blog ini mungkin tidak akan di update selama 2 minggu.
Insya’Allah, akan berlepas ke Sydney, Aussie pada jam 5.55 p.m waktu nz dan kembali semula ke Auckland pada 14 Julai. J

Doakan kesejahteraan kami... ^_^

Keberangkatan ini bukan untuk bersuka ria, bukan untuk membuang masa, bukan juga untuk bersiar-siar tanpa hala dan tujunya.

Tapi keberangkatan ini kerana ingin mendapatkan redhaNya, kerana ingin membantu agamaNya, kerana sedar tanggungjawab diri sebagai pembawa agamaNya. We are the soldier of Allah.

Moga Allah redha dengan keberangkatan kami, moga niat ini dibersihkan sebersih-bersihnya.
Tajdid niat semula. Segala-galanya harus kerana Dia semata-mata. 

Moga Allah memberkati perjalanan kami, mempermudahkan urusan kami.  
Ameen. Ameen. Amen.


Berangkatlah kamu baik dalam keadaan ringan ataupun merasa berat, dan dan berjihadlah dengan harta dan jiwa pada jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” 
(At Taubah, 9:41)